APAKAH OBAT TRADISIONAL BISA MENYEMBUHKAN?

Advertisemen
Terkadang Saya merasa ragu  apa yang terjadi dengan istriku  mengenai Pengobatan Medis dan Pengobatan Alternatif dan Pada Akhirnya Saya Melihat Blog Ibu Danti di www.kankerpayudara.wordpress.com yang dikabarkan Sudah Sehat Sampai Sekarang,
begini kisahnya

SAYA PASIEN KANKER PAYUDARA

Posted by: kankerpayudara on: Desember 17, 2007

Saya akan berbagi pengalaman sebagai pasien kanker payudara. Baru-baru ini judul ” SAYA PENDERITA KANKER PAYUDARA” telah saya ganti menjadi ” SAYA PASIEN KANKER PAYUDARA” karena rasanya tidak enak membaca kata “penderita” seolah-olah saya menderita dan tak berdaya dan seperti tak pernah bersyukur, sedangkan sebagai pasien kanker kita harus bisa hidup harmoni dengan kanker apabila memang kanker itu masih ada didalam tubuh kita dan selalu bersemangat dalam menapaki hidup ini, kalau merasa menderita, gusar dan marah, menurut saya itu akan mengurangi kemampuan kita untuk bertahan dengan kata lain akan melemahkan diri sendiri karena sistem imun kita akan turun. Dan disini saya ingin mencoba menghilangkan anggapan yang telah melekat begitu lama didalam pikiran kebanyakan orang Indonesia bahwa pengobatan kanker itu menyakitkan, dan kalau kanker itu dioperasi akan menyebar, dichemotherapy juga badan akan sakit semua, dan mitos-mitos lain yang sudah beredar dan diyakini banyak orang. Padahal semua itu tidak benar dan bisa menyesatkan. Yang benar apabila pasien dibawa ke dokter sudah keadaan stadium lanjut, itu akan memakan biaya besar dan sulit untuk sembuh.

Pada April 2004, tanpa sengaja saya menemukan benjolan dibawah puting payudara sebelah kanan. Dengan perasaan agak takut, saya mengunjungi seorang dokter Ahli Penyakit Dalam didekat rumah. Beliau lalu mengatakan bahwa benjolan ini sangat keras, lalu dibuatkanlah pengantar untuk periksa mammography dan USG. Esok harinya saya pergi ke RSCM untuk melakukan pemeriksaaan  Karena kekurang pengetahuan saya tentang penyakit kanker, ditambah tidak ada satupun dalam silsilah keluarga saya maupun suami yang menderita kanker, maka ketika menunggu giliran untuk USG dan mammo di RSCM, saya mendengarkan banyak masukkan dari keluarga pasien penderita kanker bahwa pengobatannya sangat menyakitkan dan kalau di operasi bisa menyebar ke mana-mana. Sehingga begitu saya peroleh hasil Mammography dan USG yang meyatakan benjolan tersebut diduga kanker, dan ukurannya 2.5 cm. Saya jadi panik dan sangat sedih. Kemudian dengan ditemani suami, saya ajak dia ke toko Gunung Agung untuk mencari informasi mengenai kanker dan pengobatannya. Disana saya malahan sampai ke rak-rak buku yang membahas masalah pengobatan alternative. Ada yang membahas pengobatan menggunakan jamur yang dilakukan oleh bekas PM Jepang, dan beberapa cara pengobatan yang lain. Akhirnya saya menemukan salah satu buku dari pengobat Herbal yang saat itu cukup terkenal dimana disitu juga dicantumkan alamat praktik dan nomor teleponnya. Sore itu juga ibu tersebut saya telepon, dan dia dengan ramah menjawab sendiri dan mempersilahkan untuk segera datang ke tempat praktiknya. Sebelum pergi ke tempatnya, saya mengunjungi kenalan seorang dokter yang saya harap beliau bisa memberi penjelasan dan bisa sedikit menenangkan saya yang sedang panic. Sampai ditempat praktiknya, malahan saya dibuat lebih panic dengan cara penyampaiannya yang menakutkan dan menipiskan harapan. Maklum saat itu pikiran saya memang sedang kalut. Akhirnya saya malah mendatangi tempat praktik pengobat alternative tsb ,

Saat itu pembicaraan dia terasa lebih menenangkan dan mengerti perasaan saya. Akhirnya saya putuskan untuk mencoba pengobatan dia, yang berupa 5 macam jamu rebusan ( Temu putih, Mahkota Dewa, Daun Dewa, Temu Mangga, dan satu lagi saya sudah lupa ) yang harus diminum 2x sehari. Setelah 4-5 bulan saya tidak merasakan kemajuan, saya pindah lagi mencoba ke pengobat dengan metoda Homeopathy, selama 2 bulan tidak berhasil ( Disini mungkin saya menemui Homeopath yang kurang menggali riwayat penyakit saya. Karena pengobatan ini memerlukan wawancara dengan pasien secara detail ). Saya kunjungi lagi seorang dokter yang menggunakan metode kedokteran konvensional + akupuntur selama 2 bulan. Pada saat berobat didokter itu benjolan saya mulai membentuk luka kecil yang mana luka itu saya pikir hanya lecet biasa. Dan anehnya Dokter juga memberi komentar bahwa luka tersebut hanya lecet biasa dan diberi obat untuk diminium dan dia bilang bahwa dalam beberapa hari luka itu akan sembuh. Tak membawa hasil, Lalu saya dapat informasi agar berobat ke Klinik khusus kanker didaerah Ciawi, yang dokternya datang dari negeri Cina. Disana, oleh dokter tersebut kanker saya dinyatakan sudah stadium tiga, karena sudah ada dileher dan ketiak. Saya disuruh berobat ke Cina. Tapi tidak mau karena tidak ada biaya, sehingga dia memberi ramuan yang jenisnya banyak sekali, dan harus diminium setiap10 hari sekali dengan biaya Rp. 3.500.000,-/ 10 hari . Setelah beberapa lama tidak berhasil juga, malahan puting saya menekuk kedalam. Saya pindah lagi menggunakan buah merah, ramuan2 lain,dan shinse yang katanya ahli khusus kanker. Saat itu luka dipayudara saya sudah sangat lebar, dan sering mengeluarkan darah dan nanah. Tapi tidak begitu sakit hanya nyeri sekali-kali saja sehingga saya masih bisa bekerja, menyetir mobil dan kegiatan-kegiatan lain. Sedang luka saya dirawat oleh shinse tsb, ramuan yang digunakan mulai dari singkong racun, keladi tikus, kunyit putih, dll , serta bermacam-macam salep. Memang meskipun lukanya lebar dan sering berdarah tapi sama sekali tidak berbau. Sehingga saya tidak terganggu. Sampai akhirnya perjalanan saya berakhir pada bulan Oktober 2005, lima hari sebelum hari raya Idul Fitri saya tidak bisa jalan ( lumpuh ). Orang bilang saya terkena syaraf kejepit. Lalu diurut oleh shinse tersebut. Selama 3 bulan itu saya merasakan sakit luar biasa kaki mengecil, tidak pernah tidur karena kesakitan yang amat sangat. Sampai berat badan saya turun 16 Kg. Dalam kondisi seperti itu akhirnya keluarga dan suami memaksa untuk berkonsultasi ke dokter ahli tulang belakang di RS. Pondok Indah karena saat itu yang terasa sangat sakit adalah pinggang belakang, pinggul sampai keujung ibu jari kaki kiri. Untuk duduk / berbaring di mobil saja sudah kesakitan luar biasa. Obat penghilang rasa sakitpun tidak mempan. Dokter menyuruh saya untuk melakukan MRI. Akhirnya ketahuan bahwa sakit saya  akibat metastasis kanker payudara ke beberapa tulang belakang, pinggul sebelah kiri dan paha kiri. Beliau bilang bahwa saya akan lumpuh dan sebaiknya segera konsultasi ke dokter ahli kanker.

Saya merasa sangat bodoh dengan perjalanan pengobatan yang selama ini saya lakukan. Padahal keluarga dari ibu saya mulai dari kakek buyut, kakak-kakak ibu, sampai sepupu-sepupu banyak yang berprofesi sebagai dokter. Saya sendiri background pendidikan adalah teknik sipil dan setiap hari selalu didepan computer dan buka internet. Tapi tidak pernah sedikitpun meluangkan waktu untuk membuka situs yang berhubungan dengan penyakit kanker. Inilah typical orang Indonesia kalau belum kepentok / belum jatuh tidak pernah ingin tahu. Saya tidak akan menyesali perjalanan pengobatan yang saya pilih selama ini, saya telah melakukan kesalahan besar. Tapi saya akan bangkit dan berjuang untuk bertahan. Insya Allah menjadi pemenang.

Akhirnya atas informasi teman dan saudara pada akhir Januari 2006 saya berobat ke Jakarta Breast Center ( d/h :Jl. Salemba I no. 11 sekarang di  Jl. Kramat 6 No. 15- Jakarta Pusat). Setelah mengumpulkan data seperti Biopsi, Bone scanning, photo thorax, USG abdomen, periksa darah CA 15.3. Yang tidak pernah sekalipun diperintahkan oleh dokter2 yang dulu merawat saya ( karena mereka memang bukan dokter Onkologi ). Bahkan yang katanya dokter dari Cina sekalipun. Data tersebut menyatakan bahwa :

    Dari bone scanning diketahui ada penyebaran kanker di tulang no. 5, 9, 10. Joint antara tulang pinggul dan paha, pelvic.
    Pada test CA 15.3 angka tumor marker saya 35 ( standar PRODIA tidak boleh lebih dari angka 30 ( < 30 )
    Hasil biopsy : CA mammae dx, stadium IV. Hasil IH ( Immunohistokimia ) adalah bahwa status Kanker saya :
    Reseptor Estrogen : Negatif
    Reseptor Progesteron : Negative
    C-erb-B2 ( HER 2 ) : Negative

Berangkat dari data itu maka dari hasil rapat team dokter yang merawat saya, diputuskan untuk dilakukan Radiotherapy sebanyak 10x. Saya melakukannya di RSCM, karena dokter Radiotherapy saya adalah kepala Radiologi RSCM. Biayanya pada saat itu ± Rp. 7.500.000,

Kenapa dilakukan Radiotherapy terlebih dahulu karena untuk mengurangi rasa sakit pada tulang2 saya yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Awal Maret 2006 selesai Radiotherapy. Dilanjutkan dengan Chemotherapy sebanyak 6 cycle per 3 minggu sekali. Dimulai chemotherapy I pada tanggal 14 Maret 2006 ( chemo dilakukan di RS. Kramat 128 ) tapi sebelumnya saya harus melakukan Echocardiography untuk mengetahui kondisi jantung saya guna persiapan chemotherapy, check darah rutin terutama untuk mengetahui HB, Leukosit. Setelah lengkap semua mulailah dilakukan chemotherapy. Obat yang digunakan adalah TAXOL 240 mg, DOXORUBICIN 60 mg. 1 kali chemotherapy berikut obat-obat pre-chemo, obat untuk menaikkan Leukosit dan biaya Rumah Sakit, saya harus mengeluarkan Biaya ± Rp. 15. 000.000,- ( Nilai terbesar adalah obat Chemotherapy TAXOL, per 30 mg @ Rp. 1.283.000,- saya perlu 8 botol ).

27 Juni 2006 saya selesaikan Chemotherapy. Selain Chemotherapy, untuk memperkuat tulang dan menghilangkan rasa sakit pada tulang karena kanker, saya tiap bulan diinfus ZOMETA sebanyak 9 kali. Harga obatnya adalah Rp. 3.400.000,-/botol, Pada saat selesai menjalani Radiotherapy rasa sakit saya mulai berkurang, meskipun belum bisa jalan, tapi sudah bisa tidur 4-5 jam sehari, dan saya sangat-sangat bersyukur. Karena selama hampir 5 bulan tidak pernah tidur. Pada chemotherapy ke 3 luka & lubang dipayudara saya yang diameternya sudah mencapai 11 cm mulai mulai mengering dan menutup. Selama menjalani chemotherapy Alhamdulillah saya tidak merasakan side effect seperti yang sering diceritakan orang-orang, seperti mual, muntah, tulang merasa ngilu-ngilu, dll. Saya cukup kuat. Hanya kepala menjadi botak. Itu tidak saya anggap suatu hal yang berat, biasa-biasa saja, karena saya sangat ikhlas menjalani seluruh pengobatan, keinginan sembuh saya lebih besar, mungkin itu yang menyebabkan saya mempunyai energy besar untuk mengatasi side effect chemothearapy. Pada chemotherapy terakhir saya sudah mulai bisa jalan lagi, meskipun untuk naik undakan yang rendahpun saya masih agak kesulitan. Tapi setelah jalan 2 bulan dari chemo terakhir saya sudah bisa jalan lebih normal. Ketika team dokter saya melakukan rapat lagi, melihat kondisi saya yang sangat baik merespon seluruh pengobatan ini, tapi masih ada yang tertinggal, yaitu benjolan pada leher belum hilang meskipun mengecil, dan luka kanker saya meskipun sudah mengering tapi masih sensitive, yaitu kadang-kadang agak basah serta masih ada sisa tumor dipayudara, maka diputuskan untuk di Radiotherapy pada bagian leher, ketiak kiri dan dada sebanyak 38 x ( tahun 2006, biayanya kurang lebih Rp. 12.500.000 ) disertai dengan Chemotherapy yang diminum yaitu menggunakan XELODA 500 mg ( per butir Rp. 36.000 ), diminum 2 jam sebelum Radiotherapy sebanyak 2 butir, dan 2 butir pada malam hari. Bulan Januari 2007 saya selesai menjalani itu semua. Menggunakan XELODA pun saya tidak mengalami side effect yang berarti. Hanya ujung-ujung jari kaki menjadi kering, dan tidak lebih dari itu. Sebenarnya side effect XELODA antara lain adalah Hand and Foot Syndrome. Yaitu kulit tangan dan kaki perih karena pecah, mengelupas dan kasar. Setelah dievaluasi sisa tumor dipayudara masih ada menempel di tulang iga. Dan saya dianjurkan oleh team dokter untuk melakukan pengangkatan seluruh payudara kanan. Saya agak shock juga, bagaimana rasanya sebagai wanita hanya punya payudara satu ?.

Saya dan suami berdiskusi juga keluarga. Dan semua, terutama suami sama sekali tidak keberatan yang penting adalah kesehatan saya. Saya butuh waktu 1 bulan untuk memutuskan ya atau tidak. Akhirnya dengan pertimbangan untuk kepentingan yang lebih besar yaitu :

    Saya masih sangat ingin menunggui anak-anak hingga dewasa dan berumah tangga, kalau Allah mengijinkan
    Saya ingin mendampingi anak saya yang paling kecil ( saat itu 5 tahun ), bercerita seperti dulu sebelum dia tidur, mendampingi belajar. yang selama lebih 2 tahun tidak saya lakukan karena sakit.
    Saya tak ingin egois memikirkan diri sendiri dan mengabaikan karyawan yang sudah ikut kami selama kami berwirausaha. Tukang-tukang yang berharap dapat pekerjaan dari proyek-proyek kami
    Insya Allah sisa hidup saya menjadi lebih berkwalitas, lebih sehat. meskipun saya tidak sempurna, tapi masih bisa membantu orang lebih banyak lagi.

Akhirnya saya siap untuk dioperasi pengangkatan seluruh payudara kanan ( Mastectomy ) pada tanggal 21 Maret 2007. Operasi berjalan 4jam. Setelah operasi saya tidak merasakan kesakitan berlebihan. Semua saya anggap biasa saja. Hari ke 4 saya pulang. Merasa lebih lega karena sumber penyakit sudah hilang. Tapi tetap waspada.Dari pemeriksaan Histopatologi, setelah operasi hasilnya sesuai dengan pemeriksaan terdahulu yaitu jenis kanker adalah CA mammae Ductal Invasive jenis Solid Tubular dengan Grade 2 ( akan dibahas tersendiri ). Yang berubah adalah hasil IH untuk HER2 yang semula (-) menjadi (2+). Hal tersebut bisa terjadi karena pada waktu pertama kali dilakukan pemeriksaan IH, pada saat kanker saya masih berupa luka terbuka, oleh dokter hanya dilakukan usapan pada permukaan luka. Jadi tidak menggunakan jarum. Sehingga kemungkinan 30% nya HER2 nya adalah (-). Saat operasi otomatis lebih teliti, itupun scorenya 2+ jadi masih dalam posisi borderline sehingga diperlukan test tambahan yaitu test FISH untuk menentukan rationya. Setelah diketahui rationya setara 3.7 maka oleh team dokter disarankan agar saya menggunakan obat HERCEPTIN untuk memperlambat penyebaran sel kanker. Karena apabila HER2nya positif berarti kanker tersebut ganas, dan harus diperlambat pembelahan selnya dengan HERCEPTIN. Bersamaan dengan diketahui status HER2 saya, ternyata pada ketiak saya tumbuh benjolan kecil. Sehingga saya disarankan bahwa selain diinfus HERCEPTIN, juga harus dichemo lagi. Tapi dokter-dokter saya tidak memaksa, karena mereka tahu kondisi keuangan saya yang sudah babak belur. Semua kembali pada pasien sendiri, mau melakukan atau tidak. Tapi karena selama sakit saya pelajari semua tentang penyakit kanker payudara dari internet, dari brosur-brosur, Jurnal-jurnal yang dikirim oleh perusahaan Farmasi yang obat-obatnya saya gunakan. Jadi saya sangat tahu apa yang harus dilakukan pada kondisi saya yang telah stadium lanjut dan gambaran apa yang akan saya hadapi, dimana semua dilakukan hanya untuk meningkatkan kwalitas hidup. Akhirnya dengan kesadaran sendiri saya mau melakukan Chemotherapy lagi. Kali ini terdiri dari HERCEPTIN 300 mg + NAVELBINE 500 mg dimana harga HERCEPTIN dengan isi 440 mg harganya adalah Rp. 17.892.000,- dan NAVELBINE Rp. 4.000.000,- sungguh berat, tapi saya jalani karena saya focus pada hal yang lebih besar yang akan saya lakukan apabila kesehatan saya meningkat lebih baik. Saya yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan saya berjuang sendiri. Dan saya yakin dalam perjalanan untuk melakukan pengobatan pasti berkah2 Allah akan turun. Dan memang selama perjalanan pengobatan ini, untuk membeli HERCEPTIN saya dibantu oleh kakak dan adik. Sayang setelah dievaluasi pada chemotherapy ke 3 dan dari akibat yang saya rasakan, NAVELBINE tidak cocok untuk saya dan saya harus ulangi chemo lagi dengan obat yang lain, yaitu PAXUS 240 mg + XELODA ( 6 butir per hari @ 500 mg,2 minggu pemakaian, libur 1 minggu begitu seterusnya hingga 6 cycle. harga perbutir Rp. 36.000,- ) dan tetap memakai HERCEPTIN sampai selesai chemo obat baru. Jadi untuk sekali Chemotherapy dengan obat-0bat yang baru ini saya harus mengeluarkan biaya untuk obat-obatan + Rumah sakit sebesar Rp. 29.000.000,-/ 3 minggu. Sekali lagi kadang saya dapat bantuan yang tak diduga-duga yaitu dari beberapa orang yang menelpon saya bahwa dia punya sisa obat chemo yang persis seperti milik saya dan dijual dengan harga lebih murah. Jadi saya sangat terbantu. Kadang , pernah pada saat saya akan menjalani chemo ke-5 belum ada sepeserpun uang terkumpul, karena kebetulan kakak saya belum ada dana dan adik juga belum ada. Tapi Alhamdulillah pada hari dimana saya harus melakukan chemo, tiba-tiba adik saya pagi itu transfer uang sehingga obat-obat tsb terbeli. Dan chemo ke tujuhpun hampir tak jadi karena dana belum terkumpul tapi Alhamdulillah pada detik terakhir saya selalu tertolong. Jadi dalam setiap helaan nafas saya selalu bersyukur atas berkat2 yang dikaruniakan Allah pada saya. Saya tak pernah marah ataupun memyesal dengan adanya penyakit ini selalu ada hikmah di balik semua. Insya Allah saya dapat menyelesaikan chemo ini dengan baik pada tanggal 3 Januari 2008 ini. Dan Insya Allah kanker saya sudah cape membuat benjolan di tubuh saya, dan saya bisa melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat tanpa terganjal waktu untuk chemotherapy lagi.

Sebagai pasien yang berobat pada stadium lanjut seperti saya, memang banyak waktu dan biaya yang terbuang. Tapi itulah rahasia kehidupan seseorang. Dengan pendidikan yang cukup saya telah melakukan hal bodoh. Tapi pelajaran yang saya dapat adalah bahwa memang kadang manusia melakukan kesalahan fatal tapi jangan focus pada kesalahan tersebut. Menyesal sebentar tidak apa-apa tapi jangan berlarut-larut. Cepat bangkit dan memperbaiki diri. Fokus pada tujuan yang lebih besar & lebih baik, jangan lihat kebelakang lagi. Pada saat itupu bisnis saya dan suami bisa dibilang hancur, karena selama 10 bulan lebih aktivitas nol. Waktu hanya habis untuk berobat. Anak-anak di asuh nenek & kakeknya. Tapi kami berkomitmen tidak akan memecat karyawan apapun yang terjadi, lebih baik kami menjual rumah sebagai tambahan modal agar usaha biarpun sedikit-sedikit masih jalan. Sayangnya disaat kritis tersebut karyawan yang saya andalkan untuk mengganti saya sementara malah meninggalkan kami. Rasanya seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Akhirnya dengan kekuatan yang ada, selama chemotherapy saya juga masih menghitung proyek kecil-kecilan yang saya mampu. Agar tidak kehilangan client. Karena dalam berwira usaha tugas saya adalah mengepalai estimasi dan pemasaran. Jadi dapat tidaknya proyek ada pada team saya. Sedang suami adalah penanggung jawab dan kordinator lapangan selama proyek berlangsung.Semua kami jalani bersama sebagai team. Maju terus dengan keyakinan bahwa Allah selalu mendampingi kami selamanya. Juga sebagai pasien, sebaiknya kita harus mengetahui seluk beluk penyakit kita sehingga setiap tahap pengobatan, kita bisa ikuti. Itu juga memperingan beban dokter. Karena seperti kita ketahui perbandingan antara jumlah dokter Onkology di Indonesia dengan jumlah pertambahan pasien kanker tidak seimbang. Makanya sebagai pasien kita juga harus aktif, untuk kepentingan kita sendiri juga agar bisa menjelaskan pada orang lain. Dan selalu terbuka pada setiap orang tentang penyakit kita, dan buat jaringan sehingga ketika kita kesulitan dana untuk membeli obat atau kita kelebihan obat, ada saja orang yang membantu ataupun membeli obat kelebihan kita. Juga setiap akan memakai suatu merk obat untuk chemotherapy selalu hubungi perusahaan Farmasinya, untuk mengetahui program apa yang bisa diberikan kepada pasien kanker yang tanpa tanggungan ( tanpa Asuransi, ASKES, maupun tidak ditanggung perusahaan karena berwirausaha ataupun karena hal lain ). Karena seperti saya yang berwira usaha, saya mendapatkan 2x gratis obat TAXOL dari PT. BRISTOL MYERS & SQUIB pada saat chemo thn.2006, juga 2x gratis dari PT. ROCHE INDONESIA untuk penggunaan HERCEPTIN saat ini. Sangat membantu. Dan minta perusahaan2 Farmasi tersebut mengirim brosur-brosur agar kita bisa mengetahui tentang obat-obat chemotherapy yang akan di infuskan pada kita. Selanjutnya, meskipun sakit jangan terlalu memikirkan penyakit kita, jangan mengasihani diri sendiri dan mengharap perhatian orang ( meskipun itu suami atau keluarga ) lain terlalu berlebihan, karena akan melemahkan diri kita sendiri. Tetap berkegiatan positif itu yang terbaik. Yang bekerja tetaplah bekerja meskipun speednya dikurangi sedikit. Selalu berdoa minta perlindungan dan kekuatan pada Allah SWT. Bagi yang muslim biasakan membaca Al-Qur’an beserta tafsirnya ( bukan terjemahannya )setelah sholat subuh. Dan tetap mengerjakan sholat bagaimanapun kondisi kita, apabila tidak bisa bangun khan kita diijinkan sholat sambil tidur, kalau tidak bisa berwudhu, kita dibolehkan tayamum. Jadi tidak ada alasan untuk tidak sholat.Rasanya akan sangat damai. Salam dari saya.
Advertisemen